Search

Penyuluh Agama Katolik Lamsel, Albertus Hartanto, S.Ag ikuti kegiatan Pertemuan Puncak Hari Keluarga

Admin 28 Jun 2022 Penyelenggara Khatolik
Penyuluh Agama Katolik Lamsel, Albertus Hartanto, S.Ag ikuti kegiatan Pertemuan Puncak Hari Keluarga

Penyuluh Agama Katolik Lamsel, Albertus Hartanto, S.Ag ikuti kegiatan Pertemuan Puncak Hari Keluarga

Lampung Selatan (Humas) – Penyuluh Agama Katolik Kabupaten Lampung Selatan, Albertus Hartanto, S.Ag bersama Istri mengikuti kegiatan Pertemuan Puncak Hari Keluarga Sedunia X Keuskupan Tanjungkarang. Pertemuan diselenggarakan di GSG Gentiaras, Kompleks Sekolah Xaverius, Way Halim Bandar Lampung, Minggu, 26 Juni 2022. Hadir dalam peretemuan tersebut 80 pasang  suami-istri Katolik, juga anak-anak yang berasal dari 25 Paroki dan Unit Pastoral se-Propinsi Lampung. Selain itu hadir juga  para Suster (biarawati Katolik) perwakilan dari  Kongergasi yang berkarya di wilayah Kota Bandar Lampung. Adapun penyelenggara kegiatan adalah Komisi Keluarga Keuskupan Tanjungkarang.

Kegiatan diawali dengan acara regristrasi peserta yang dimulai pkl. 07.30. WIB s/d pkl. 08,00 WIB, kemudian dirangkai dengan agenda berikutnya yaitu Upacara Pembukaan. Upacara pembukaan dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, setelah itu dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Panitia. Dalam sambutannya Stepanus Hadiatmaja selaku Ketua Panitia menyampaikan bahwa kegiatan ini diselenggarakan oleh Komisi Keuskupan Tanjungkarang dengan maksud untuk menyegarkan kembali janji perkawinan pasangan suami-istri Katolik dan mendengarkan anjuran Bapa Paus Fransiskus terkait bagaimana pasutri Katolik harus menghayati panggilan hidup berkeluarga di tengah-tengah dunia ini. Harapannya bahwa para Pasutri yang hari ini hadir ke depan akan bisa menjadi rekan kerja para Pastor di Paroki/Unit Pastoral untuk memberikan pendampingan bagi para Pasutri dan keluarga Katolik di Paroki/Unit Pastoral masing-masing.

 Acara pokok terdiri dari 2 sesi yaitu Kongres Pastoral dan Festival Keluarga. Kedua acara tersebut dipandu oleh tim acara. Memasuki sesi inti ini kegiatan dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu Pasutri tetap di gedung GSG, sementara anak-anak berkumpul dan mengadakan kegiatan bersama di aula terbuka TK Xaverius Way Halim di bawah pendampingan beberapa Suster bersama tim lainnya.

Mengawali sesi pertama, Romo Ignasius Supriyatno, MSF sebagai pemateri, yang juga adalah Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Tanjungkarang  menyampaikan bahwa kegiatan ini bertemakan Kasih Keluarga: Panggilan dan Jalan Menuju Kekudusan. Tema ini merupakan pengembangan dari seruan Paus Fransiskus dalam esikliknya: Amore Laetitia yang terjemahan Indonesianya adalah Suka Cita Kasih. Lanjut Romo Supri, keluarga adalah sekolah kehidupan. Keluarga adalah tempat di mana semua proses pembelajaran dimulai. Dalam keluarga, seorang suami, juga seorang istri harus belajar mengasihi, menghargai, menghormati, mendukung pasangannya dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, dalam sehat dan sakit, dalam menerima segala kekurangan dan kelebihan masing-masing dengan sepenuh hati dan rasa cinta yang mendalam. Mengapa janji perkawinan Katolik ini mendapat penekanan dan diulang kembali oleh Bapa paus Fransiskus? Hal tersebut untuk mengingatkan keluarga-keluarga khususnya pasutri Katolik bahwa cinta dan kasih itu ibarat tanaman, setelah disemai masih membutuhkan perawatan yang terus menerus dan teratur agar cinta itu senantiasa tumbuh subur dalam hati dan sanubari masing-masing. Cinta yang senantiasa dirawat dan dipupuk itu akan selalu menghadirkan suka cita yang menghangatkan romantisme hidup berkeluarga. Cinta kepada pasutri itu sendiri, juga cinta kepada anak-anak sebagai anugerah Allah bagi keluarga.

Keluarga juga menjadi tempat pertama bagi anak-anak mengenal dunia ini. Anak-anak lahir di tengah-tengah keluarga, yang di dalamnya ada Bapak, Ibu, mungkin juga kakak-kakaknya bagi anak kedua dan seterusnya. Sejak dalam kandungan, proses kelahirannya dan dilanjutkan masa hidupnya berikutnya, anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi keluarga yang ada. Oleh sebab itu, perlu ada upaya yang luar biasa bagi pasutri Katolik untuk memberikan pendampingan bagi anak-anaknya. Mendidik dan membesarkan anak-anak menurut iman Katolik tidaklah cukup dengan sekedar memberi nafkah atau kebutuhan materi yang cukup kepada anak-anak. Materi, uang, sandang dan pangan itu memang penting bagi anak-anak. Namun di balik semua itu anak-anak lebih membutuhkan cinta dari kedua orang tuanya. Tanda cinta orang tua bisa diberikan kepada anak-anak melalui keteladanan hidup sehari-hari. Ingat bahwa dengan mata anak-anak melihat, dengan telinga anak-anak mendengar, dengan otaknya anak-anak mengingat, dengan hatinya anak-anak merasakan sejauh mana  orang tuanya memberi contoh dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Contoh yang baik maupun contoh yang jelek dalam sikap hidup orang tua sehari-hari akan membekas dalam ingatan dan batin anak-anak. Maka marilah sebagai orang tua kita berjuang untuk memberi contoh dan teladan hidup yang baik kepada anak-anak. Teladan yang baik ini menuntut adanya kerja sama yang baik antara suami dan istri  demi terciptanya suka cita kasih dalam keluarga yang tentu juga akan menjadi bekal yang baik bagi anak-anak kelak dalam mengarungi masa depan hidupnya entah di jalan panggilan hidup berkeluarga maupun panggilan hidup menjadi Pastor, biarawan maupun biarawati.

Sesi kedua acara inti adalah Festival Keluarga. Festival keluarga ini diisi dengan lomba yel-yel keluarga antar Paroki/Unit Pastoral. Dari 25 Paroki/Unit Pastoral ada 15 Kelompok yang mendaftar untuk mengikuti lomba. Setelah tampil satu persatu akhirnya diputuskan oleh dewan juri bahwa Juara I adalah dari Paroki St. Yusuf, Pringsewu, Juara II dari Paroki St. Thomas, Sribhawono dan Juara III diraih oleh Unit Pastoral St. Kristoforus, Bakauheni. Selamat kepada para juara. Jangan berkecil hati untuk yang belum berhasil meraih juara.

Kegiatan pertemuan Puncak hari Keluarga Sedunia X dilanjutkan  dengan kegiatan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Yohanes Samiran, SCJ yang berkonselebrasi dengan Romo Ignasius Supriyatno, MSF dan satu orang Romo lainnya. Dalam khotbahnya Roma Samiran mengundang dan mengajak seluruh umat yang hadir agar bersama-sama berjuang mengikuti seruan Bapa Paus Fransiskus untuk menghadirkan suka cita kasih dalam keluarga kita masing-masing. Selain itu Romo Samiran juga mengingatkan cita-cita Mgr. Andreas Henrisoesanto almarhum agar hendaknya kita menjadi Gereja Katolik Lampung dan bukan Gereja Katolik di Lampung, yang artinya bahwa Gereja Katolik yaitu kita semua harus bisa berelasi dengan baik dengan seluruh masyarakat yang ada di Propinsi Lampung dan mampu mewarnai perkembangan pembangunan Propinsi Lampung.

Dalam kesempatan Perasyaan Ekaristi ini Romo Ignasius Supriyatno juga mengajak Para Pasutri yang hadir untuk memperbaharui janji perkawinannya. Selain untuk menyegarkan ingatan masing-masing akan janji perkawinannya, tentu ini juga menjadi kesempatan yang baik untuk saling meneguhkan satu dengan yang lain dalam doa dan cinta yang tulus. Seluruh rangkaian acara ditutup dengan makan bersama. sesi foto-foto dan sayonara. (SD Putra/ Albertus Hartanto)